Rabu, 23 Desember 2015

Membangun Keluarga Membangun Bangsa

Tidak terasa hampir empat tahun aku hidup bersama keluarga kecilku. Ilmu membangun keluarga yang tidak pernah ada dalam bangku sekolah pun harus dijalani "sambil menyelam minum air". Ilmu membangun keluarga tidak seperti membangun sebuah organisasi sekolah maupun kampus tapi lebih dari itu, karena didalamnya bukan hanya mengedepankan visi, misi, targe capaian, dan tujuan organisai, namun harmoni alunan rasa bak selayaknya composer yang harus menyusun sebuah lagu, bagaimana bisa nyaman untuk didengar, dihayati, dan dirasakan serta dinikmati. Semuanya tidak mudah untuk dijalani penuh lika-liku.


(Fasywan Hubbulmahasin 1 years old)

Apalah arti sebuah keluarga jika hanya berdua, Alhamdulillah wasyukurilah Allah mempercayai kami untuk mengemban amanah-Nya untuk menjaga dan membimbing jagoan kecil yang sangat kami sayangi. Tidak percaya rasanya bisa menjadi seorang ibu dan istri, peranan yang sangat luar biasa. Amanah yang sangat berat dan tidak mudah itu pun dijalani dengan terus belajar dari waktu kewaktu. Jagoan kecil yang bisa saya sebut sebagai "malaikat kecil" dengan segala kesucian hatinya menjadi warna bagi kami. Bagaimana kami belajar menjadi orang tua yang baik, memberikan teladan, mengayomi, memberikan kasih sayang, memberikan hak-haknya, menjaganya, mendidiknya, dan yang paling penting adalah mengenalkan "Allah, Rasul-Nya, serta Agamanya" sejak kecil, sehingga dapat menjadi pondasi yang kuat baginya kelak.

Tentu saja semua itu tidak bisa dilakukan oleh seorang diri. Perlu kerjasama antar keluarga, khususnya suami dan istri. Bagaimana saling menguatkan, membantu, melengkapi, dan saling berbagi peran. Seorang ibu bukanlah "super women" begitu juga ayah bukanlah "super man" yang bisa menyelsaikan segala perkara dengan sendirinya. Namun dalam keluarga, ibu dan ayah adalah "super team", bagaimana membangun keluarga dengan kerja sama yang baik dan sama-sama bekerja.

Dalam rangka membentuk tim yang kuat tentu perlu komitmen yang kuat. Dalam ilmu manajemen, team yang kuat meruapakan salah satu keberhasilan dalam sebuah program. Begitu juga halnya dalam keluarga, tim yang kuat akan dapat menghasilkan sebuah keberhasilan, seperti anak-anak yang shaleh atau shalehah, serta sukses dunia dan akhirat. Tentu hal tersebut merupakan cita-cita tertinggi bagi semua orang tua. Tim yang kuat perlu seorang "leader" yang hebat.  Seorang "leader" harus bisa belajar cepat, memahami bagaimana memanage anggotanya, mengetahui kelebihan dan kekurangan anggotanya, menyemangati anggotanya, menjadi motivator bagi anggotanya, menjadi contoh bagi anggotanya, memberikan ide-ide kreatif dan inovative untuk terus mengembangkan timnya dan mencapai visi, misi dan target yang diinginkan. Tentu semuanya itu ada prosesnya, dan perlu proses cepat agar bisa mengkondisikan timnya dengan baik. Demikian halnya dalam keluarga, ayah berperan menjadi seorang "leader" , anggotanya adalah anak-anak dan istrinya. Karena ayah adalah seorang pimpinan tertinggi, maka ayah haruslah mampu memanage keluarganya, serta dapat mengambil keputusan. Ibu dan anak-anak sebagai tim anggota harus siap bekerja sama dan menerima perintah dari pimpinan tentu dalam hal kebaikan. Dan seorang pimpinan yang baik juga harus bisa bekerja sama dengan baik dan sama-sama bekerja bersama anggotanya. Berbagi peran inilah yang nantinya akan menghasilkan sebuah produk berkualitas [karakter keluarga]. Terima kasih sumiku engkau selalu berusaha menjadi pemimpin yang hebat, dan kami juga berusaha menjadi anggota tim yang siap bekerjasama.


(Fasywan Hubbulmahasin 1,5 years old)


Karakter keluarga dapat mempengaruhi karakter anak-anaknya kelak. Hal ini sejalan dengan pepatah "buah tidak jatuh jauh dari pohonya", namun terkadang pepatah itu pun salah atau kurang tepat. Namun, pada prinsipnya dalam sebuah hadits disebutkan :

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW telah bersabda:

مَا مِنْ مَوُلُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ 

“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik) 

Maka, kewajiban orang tua dalam membentuk karakter, akhlak, dan akidah anak-anaknya. Kami sebagai orang tua terus berusaha belajar dan belajar dalam membangun keluarga yang robbani dan menjadikan anak kami anak yang shaleh. Kami berusaha menjadi tauladan yang baik. Setiap usaha, kami iringi lantunan do'a kepada Allah SWT, karena Dia lah yang Maha membolak-balikan hati manusia, Dia lah yang Maha menjaga, Maha Pencipta segalanya.

Doa yang biasa dibaca oleh ibadurrahman, hamba-hamba Ar-Rahman:


رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada kami dari pasangan-pasangan hidup kami dan anak keturunan kami penyejuk hati dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan [25]: 74)

(Fasywan Hubbulmahasin 2,5 years old)

Semoga kami bisa menjadi orang tua yang amanah, yang bisa membentuk kelurga rabbani dan menghasilkan anak-anak yang shaleh dan shalehah kelak. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil, maka selayaknyalah bagi kami terus berusaha serta berdoa, karena kami yakin membangun keluarga adalah membangun bangsa. Keluarga yang hebat akan membangun bangsa yang hebat. Diusia pernikahan kami yang ke-4 tahun ini, kami memohon dan berdoa semoga Allah senantiasa memberikan kami kesabaran dan menjadikan kami keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Sukses dunia akhirat. Aamiin Ya Robbal 'Alamiin.

"Wallahu'alam Bishowab"
Dedicated for My beloved Family,
Bangkok, 11.30 PM, 23-12-2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar