Oleh : Fitri Kurnia Rahim
Penyakit hipertensi lebih
akrab disebut sebagai penyakit darah tinggi. Masalah hipertensi di Indonesia berdasarkan
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.[1]
Adapun berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi
hipertensi menurun menjadi 26,5 %.[2]
Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah manusia.
Tekanan darah adalah daya yang digunakan oleh arus darah yang menerpa dinding
pembuluh nadi. Tekanan tersebut terjadi didalam pembuluh arteri manusia ketika
darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Setiap kali jantung
berdenyut, tekanannya bertambah; setiap kali jantung rileks, tekanan menurun. Alat
untuk mengukur tekanan darah adalah tensi darah. Angka yang ditunjukan alat
ukur tersebut terdiri dari dua kategori yaitu Angka (tekanan) sistolik dan
diastolic. Sistolik adalah tekanan darah pada pembuluh arteri ketika jantung
berkontraksi, sedangkan diastolic adalah tekanan darah ketika jantung
berelaksasi. Para ahli membuat klasifikasi hipertensi untuk memudahkan
mempelajari dan mendiagnosis jenis hipertensi yang diderita pasien. Hipertensi
ditandai dengan kenaikan tekanan darah diatas angka normal.
Tabel
1
Klasifikasi
Tekanan Darah Berdasarkan The seventh Report of the Joint National Commite on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) Tahun
2003
Kategori
|
Sistolik (mmHg)
|
Diastolik (mmHg)
|
|
Normal
|
<
120
|
dan
|
<
80
|
Prehipertensi
|
120
-139
|
atau
|
80
– 89
|
Hipertensi
Derajat
1
Derajat
2
|
140
– 159
> 160
|
atau
atau
|
90-99
> 100
|
Sumber
: Ridawan, M, 2009.
Penyakit
hipertensi ini seringnya datang secara diam-diam dan tidak menunjukan
gejala-gejala tertentu yang nampak dari luar sehingga seringkali disebut
sebagai the silent killer of disease. Sebagian besar pada kasus
hipertensi, penderita tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi
ketika tekanan darah diatas batas normal. Penderita baru menyadarinya ketika
hipertensi tersebut apabila menyebabkan penderita penyakit komplikasi. Oleh
karena itu, perlu mengontrol tekanan darah dengan cara memeriksakannya secara
rutin. Hipertensi yang yang berlangsung bertahun-tahun akan berpengaruh pada
seluruh organ tubuh. Beberapa organ tubuh yang paling sering terkena dampak
dari tingginya tekanan darah adalah pembuluh darah, jantung, otak, ginjal dan
mata.
Pembuluh
darah menjadi keras, sempit dan kehilangan elastisitasnya. Pada akhirnya akan
mengakibatkan penyumbatan dan robek. Kondisi ini dapat terjadi seiring dengan
bertambahnya usia, meskipun tidak memiliki tekanan darah yang tinggi. Namun,
tekanan darah yang tinggi mempercepat proses terjadinya gangguan pembuluh darah
ini. Akibat lain dari tekanan darah tinggi berpengaruh terhadap proses
perkembangan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan dinding pembuluh
darah akibat penumpukan lemak dan kolesterol. Tekanan darah tinggi meningkatkan
tekanan pada lapisan dan pembuluh darah. Kedaan ini meningkatkan kemungkinan
ateroklerosis. Jika bagian dalam pembuluh darah semakin kecil dan keras serta
tekanan yang ada didalam makin meningkat, maka jantung hrus berusaha lebih
keras untuk mengalirkan darah. Jantung semakin keras bekerja, dan kondisi ini
dapat mengganggu fungsi jantung. Jantung akan membesar dan sebagian darah yang
seharusnya dipompa untuk diedarkan keseluruh tubuh, tertinggal di dalam bilik
jantung. Pada akhirnya jantung melemah karena tidak dapat memompa lebih keras
dari tekanan yang ada pada pembuluh darah. Ketika jantung tidak lagi dapat
memompa keluar seluruh darah yang ada dibiliknya, keadaan berbahaya ini disebut
gagal jantung kongestif. Gejala dari kelainan ini diantaranya adalah adanya
akumulasi cairan dalam paru-paru dan rongga dada. Tekanan darah tinggi juga
dapat merusak otak, karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak atau
robek. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi perdarahan pada jaringan otak
yang berakibat terhadap funggsi otak. Hipertensi merupakan penyebab utama dari stroke
dan pendarahan di otak.
Selain
itu, tekanan darah tinggi juga dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal. Jika
pembuluh darah yang mengalirkan darah ke ginjal rusak, maka jaringan ginjal
tidak akan mendapatkan darah yang diperlukan, sehingga ginjal tidak mampu
menjalankan fungsi normalnya. Tekanan darah tinggi juga dapat mengakibatkan
gangguan retina mata. Retina adalah tempat dimana mata mendapatkan gambar
visual. Pembuluh darah dimata akan semakin sempit, dapat robek dan dapat
terjadi pendarahan. Perubahan ini dapat meyebabkan pandangan menjadi kabur, dan
jika dibiarkan akan mengakibatkan kebutaan. Seseorang yang memiliki hipertensi
menahun, memiliki resiko serangan jantung, stroke dan gagal ginjal. Jika tidak
diobati, maka akan 3 kali beresiko mendapatkan serangan jantung, 6 kali
beresiko berkembang menjadi gagal jantung kongestif, dan 7 kali memiliki
kemungkinan untuk stroke.
Menurunkan
tekanan darah akan meredakan ketegangan jantung dan arteri. Dengan pengobatan
yang tepat, tekanan darah dapat dinormalkan atau diturunkan ke level yang dapat
diterima. Cara perawatannya diantaranya yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
teratur, perubahan pola makan dan pola hidup yang lebih baik, serta meminum
obat yang diresepkan.
Ditulis
oleh Fitri Kurnia Rahim
Referensi :
Direktorat Penyakit
Tidak Menular Kemenkes RI. Hipertensi. Jakarta. 2012.
Departemen
Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. 2004.
Balitbangkes Kementrian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar. Laporan Kemenkes RI. Jakarta. 2013.
Petter, Hanas woff. Hipertensi
(Mendeteksi Dini Dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini). Alih Bahasa
: Lily Endang Joeliani. BIP Kelompok Gramedia. Jakarta. 2006.
Ridwan, Muhamad. Mengenal,
Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Pustaka Widyamara. Semarang.
2009.
Sitorus, Ronald. Gejala Penyakit
dan Pencegahannya. Yrama Widya. Bandung. 2005
Sudarmoko, Arief. Tetap Tersenyum
Melawan Hipertensi. Atma Media. Jakarta. 2010