Indonesia
pada saat ini memiliki PR besar dalam pencapaian tujuan suatu peningkatan
pembangunan yang harus terpenuhi pada tahun 2015. Peningkatan pembangunan
tersebut kerap kali disebut dengan Tujuan Pembangunan Milenium (“Millennium
Development Goals”, atau MDGs) yang mengandung delapan tujuan sebagai respon
atas permasalahan perkembangan global. Tujuan Pembangunan Milenium adalah hasil
dari aksi yang terkandung dalam Deklarasi Milenium yang ditandatangi oleh 191
Negara anggota PBB pada UN Millennium Summit yang diadakan di bulan September
tahun 2000. Ini berarti Indonesia memiliki waktu lima tahun lagi untuk mencapai
delapan tujuan tersebut.
Kalangan
wanita khususnya diharapkan dapat terlibat secara aktif menyukseskan pencapaian
target Millenium Development Goals (MDGs). Upaya yang dapat dilakukan antara
lain dengan penguatan kelembagaan serta pemberdayaan potensi wanita. Tidak
hanya dalam menangani pekerjaan rumah wanita sangat berperan, namun dalam
menyelesaikan ‘PR’ bangsa peranan wanita amat sangat dibutuhkan. Beberapa
tujuan MDGs yang merupakan pekerjaan rumah atau ‘PR’ bangsa yang harus
diselesaikan dan perlunya peranan wanita dalam penyelesaiannya adalah
kemiskinan yang masih meluas, pendidikan masyarakat yang belum merata, minimnya
pemberdayaan wanita yang mumpuni, angka kematian balita, kesehatan ibu
melahirkan, dan kelestarian lingkungan hidup.
Pertanyaannya,
mampukah kaum hawa [baca:wanita] sebagai anggota masyarakat berperan dalam
menangani dan menjawab ‘PR’ masyarakat [baca:bangsa]? Tentu saja jawabannya
adalah BISA. Kaum wanita harus bersikap sebagai MOTIVATOR bagi lingkungannya
demi menyelesaikan “PR” bangsa. Motivator adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk merangsang atau mendorong, mengarahkan orang lain untuk
bergerak dan mengubah perilakunya kearah yang lebih baik. Adapun motivasi
tersebut dapat mempengaruhi perilaku dengan mengarahkan perilaku menuju goal
tertentu, meningkatkan usaha dan energi yang dikerahkan menuju goal tersebut
dan meningkatkan dimulainya satu kegiatan serta meningkatkan kehidupan yang
lebih baik.
Wanita
merupakan tiangnya suatu keluarga begitu juga dengan Negara. Dibalik pemimpin
yang sukses peran ibu sangat besar, begitu juga dalam hal ini. Wanita perlu
mengambil posisi dan peran aktif dalam memotivasi dan merangsang pengembangan
masyarakat kearah penyelesaian ‘PR’ bangsa dalam lingkungannya. Berbagai
kenyataan, pengalaman, dan sejarah menunjukkan bahwa wanita memiliki beberapa
keunggulan jika ingin menampilkan kemampuannya. Dari catatan sejarah, wanita
memiliki peran penting dalam memotivasi proses pemulihan dan perubahan ke arah
yang baik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Fakta selanjutnya pada
sebuah hasil penelitian, struktur otak perempuan lebih kompleks, sehingga mampu
menjalankan banyak peran (istri, ibu, anak, saudara, tokoh masyarakat,
profesional, dll). Selain itu, dapat juga menjalankan banyak fungsi sekaligus
(telpon, masak sambil mencuci bisa dilakukan sekaligus dengan baik).
Tidak
sedikit juga tokoh-tokoh wanita yang memiliki peranan besar pada zamannya.
Dimulai dari zamannya N. Muhammad SAW yaitu Siti Khodijah yang sangat berperan
dalam perjalanan kehidupan Rasul serta dalam menangani pekerjaan rumah dan PR
bangsa pada zamannya dan mampu sabar serta tegar dalam menghadapi berbagai
pergolakan. Hingga pada zaman perjuangan bangsa Indonesia seperti Cut Nya’
Dhien, Kartini, Dewi Sartika dan masih banyak lagi tokoh wanita lainnya yang
juga memiliki peranan besar bagi bangsa Indonesia. Maka, kaum wanita harus
dapat mengoptimalkan peranannya sebagai motivator dengan menggerakan lingkungan
untuk melakukan kegiatan yang bermakna bagi masyarakat sekitarnya, serta mampu
tegar menghadapi hambatan dan kesulitan. Pada diri wanita, jika memiliki
keinginan maka dia dapat memiliki kemampuan yang dasyat. Perempuan memiliki
kemampuan dan keterampilan sebagai motivator yang memang sudah tercipta sesuai
dengan kodratnya, tinggal memanfaatkan dalam lingkungan yang lebih luas.
Sehingga, tidak hanya dapat berperan optimal dalam menangani atau menyelesaikan
pekerjaan rumah, namun dapat optimal juga dalam menyelesaikan ‘PR’
bangsa.(fikura)